Pada dasarnya
ibadah membawa seseorang
untuk memenuhi perintah Allah, bersyukur
atas nikmat yang
diberikan Allah dan
melaksanakan hak sesama manusia. Oleh
karena itu, tidak mesti
ibadah itu memberikan hasil dan manfaat
kepada manusia yang bersifat material,
tidak pula merupakan hal yang mudah
mengetahui hikmah ibadah
melalui kemampuan akal
yang terbatas.
Ibadah merupakan
pengujian terhadap manusia
dalam menyembah Allah. Ini berarti
ia tidak harus
mengetahui rahasianya secara
terperinci. Seandainyam ibadah
itu harus sesuai dengan kemampuan akal dan harus mengetahui hikmah atau rahasianya
secara terperinci, tentu orang yang lemah kemampuan akalnya untuk mengetahui
hikmah tersebut tidak
akan melaksanakan atau
bahkan menjauhi ibadah. Mereka
akan menyembah akal
dan nafsunya, tidak
akan menyembah Tuhan.
Mengenai hikmah melaksanakan
ibadah ini, al-Ghazali mengungkapkan bahwa
ibadah bertujuan untuk menyembuhkan hati manusia, sebagaimana obat untuk menyembuhkan
badan yang sakit. Sebagai
contoh ibadah dapat menyembuhkan hati
manusia, misalnya seseorang
yang sedang resah
dan gelisah, keresahan dan kegelisahannya dapat
disembuhkan dengan shalat. Begitu juga orang yang mempunyai
penyakit tamak atau rakus dalam hal makan dan minum, penyakit tersebut dapat dikurangi bahkan dapat
disembuhkan bila orang tersebut rajin berpuasa.
Ibadah juga dapat menyembuhkan
badan yang sakit, misalnya saja orang yang mempunyai penyakit reumatik atau
pegal-pegal pada persendian tubuhnya, hal
itu insya Allah
dapat disembuhkan apabila
orang tersebut rajin melaksanakan shalat,
karena gerakan-gerakan yang
dilakukan dalam shalat menyerupai gerakan olah raga yang dapat menyehatkan dan melenturkan
sendi pada tubuh manusia.
Begitu juga orang yang mempunyai penyakit maag, insya Allah
dapat dikurangi bahkan
dapat disembuhkan dengan
berpuasa, karena ketika seseorang berpuasa fungsi
lambung tidak bekerja terlalu keras
sehingga bisa beristirahat dan
ketika berbuka disunnahkan
untuk memakan makanan yang
manis dan lembut
agar fungsi lambung
tidak langsung bekerja
dengan berat, tetapi bertahap.
Manusia tidak
semuanya dapat mengetahui
keistimewaan dan rahasia obat
tersebut, yang mengetahui
hanyalah para dokter
atau orang yang mempunyai spesialisasi tentang obat
tersebut. Pasien hanya mengikuti perintah dokter dalam menggunakan obat
yang cocok sesuai dengan dosisnya. Dia tidak akan membantah
terhadap apa yang
ditentukan oleh dokter
tersebut. Oleh karena itu, menurut
al-Ghazali, "ibadah wajib
dilaksanakan sebagaimana yang telah dicontohkan
oleh para Nabi, karena
mereka dapat mengetahui rahasia-rahasianya berdasarkan
inspirasi kenabian, bukan dengan kemampuan akal".
Ibadah di dalam syari’at Islam
merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya. Karenanyalah Allah
menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan menurunkan Kitab-Kitab suci-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Dan orang-orang yang
memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena
mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka”
(Al-Mu’min: 60).
Ibadah di dalam Islam tidak disyari’atkan untuk
mempersempit atau mempersulit penganutnya, dan tidak pula untuk menjatuhkan
mereka di dalam kesulitan. Akan tetapi ibadah itu disyari’atkan untuk berbagai
hikmah yang agung, kemashlahatan besar yang tidak dapat dihitung jumlahnya.
Pelaksanaan ibadah dalam Islam semua adalah mudah.
Di antara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah mensucikan
jiwa dan membersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju
kesempurnaan manusiawi. Termasuk keutamaan ibadah juga bahwasanya manusia
sangat membutuhkan ibadah melebihi segala-galanya, bahkan sangat darurat
membutuhkannya. Karena manusia secara tabi’at adalah lemah, fakir (butuh)
kepada Allah. Sebagaimana halnya jasad membutuhkan makanan dan minuman,
demikian pula hati dan ruh memerlukan ibadah dan menghadap kepada Allah.m Bahkan
kebutuhan ruh manusia kepada ibadah itu lebih besar daripada kebutuhan jasadnya
kepada makanan dan minuman, karena sesungguhnya esensi dan subtansi hamba itu
adalah hati dan ruhnya, keduanya tidak akan baik kecuali dengan menghadap
(bertawajjuh) kepada Allah dengan beribadah. Maka jiwa tidak akan pernah
merasakan kedamaian dan ketenteraman kecuali dengan dzikir dan beribadah kepada
Allah. Sekalipun seseorang merasakan kelezatan atau kebahagiaan selain dari
Allah, maka kelezatan dan kebahagiaan tersebut adalah semu, tidak akan lama,
bahkan apa yang ia rasakan itu sama sekali tidak ada kelezatan dan
kebahagiaannya.
Adapun bahagia karena Allah dan perasaan takut kepada-Nya,
maka itulah kebahagiaan yang tidak akan terhenti dan tidak hilang, dan itulah
kesempurnaan dan keindahan serta kebahagiaan yang hakiki. Maka, barangsiapa
yang menghendaki kebahagiaan abadi hendaklah ia menekuni ibadah kepada Allah
semata. Maka dari itu, hanya orang-orang ahli ibadah sejatilah yang merupakan
manusia paling bahagia dan paling lapang dadanya.
Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta
menjadikan seseorang merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan kecuali ibadah
kepada Allah semata. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata bahwa idak ada
kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan dan kebaikan hati melainkan bila ia meyakini
Allah sebagai Rabb, Pencipta Yang Maha Esa dan ia beribadah hanya kepada Allah
saja, sebagai puncak tujuannya dan yang paling dicintainya daripada yang lain.
Termasuk keutamaan ibadah juga bahwasanya ibadah dapat
meringankan seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan
kemunkaran. Ibadah dapat menghibur seseorang ketika dilanda musibah dan
meringankan beban penderitaan saat susah dan mengalami rasa sakit, semua itu ia
terima dengan lapang dada dan jiwa yang tenang.
Termasuk juga dalam keutamaannya ibadah, bahwasanya seorang
hamba dengan ibadahnya kepada Rabb-nya dapat membebaskan dirinya dari belenggu
penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap dan rasa cemas kepada mereka.
Maka dari itu, ia merasa percaya diri dan berjiwa besar karena ia berharap dan takut
hanya kepada Allah saja.
Keutamaan ibadah yang paling besar bahwasanya ibadah
merupakan sebab utama untuk meraih keridhaan Allah yang merupakan jalan masuk
Surga dan selamat dari siksa Neraka.