Dilihat dari pengertiannnya,
ibadah ada dua jenis, yaitu ibadah khusus dan ibadah umum. Ibadah khusus
ialah semua amalan yang tercantum dalam bab ibadah baik yang berkaitan dengan
waktu-waktu khusus seperti shalat fardhu, zakat, puasa, dan sebaginya, maupun yang
berkaitan dengan kekhususan tempat dan waktu seperti menunaikan haji, dan juga
yang berkaitan dengan kekhususan tempat seperti shalat jum’at dan shalat
tahiyyatul mesjid.
Adapun ibadah-ibadah yang
tidak tercakup dengan pengkhususan di atas, maka ianya bersifat mutlak (boleh
diamalkan), selama tidak ada dalil-dalil yang mengharamkannya (seperti dengan
sebab berhadats). untuk dilaksanakan pada tempat-tempat tertentu, atau pada
masa-masa tertentu, atau pada individu-individu tertentu. Ini disebut dengan
ibadah umum.
Di antara ibadah umum adalah
misalnya shalat sunat mutlak, puasa sunat mutlak, mambaca al-Quran, bersedeqah,
membantu fakir miskin, dan sebaginya selama tidak ada dalil yang mengharamkan
perlaksanaannya sebagaimana adanya alasan tempat, waktu dan individu, maka
ianya sunat dilakukan.
Sebagai contoh haramnya
sesuatu ibadah sunat yang mutlak karena bertemu dengan dalil pengharaman sehubungan
dengan alasan waktu adalah misalnya, haram puasa sunat pada hari Raya, shalat
sunat tanpa sebab pada waktu-waktu yang diharamkan seperti setelah shlat Asar,
waktu tenggelamnya matahari, setelah shalat subuh, waktu terbitnya matahari,
dan sebaginya.
Adapun dzikir adalah termasuk
ibadah umum yang boleh dilakukan di mana saja, dalam bentuk apa saja, selama
bentuk-bentuk dan cara perlaksanaannya tidak ada nash atau dalil yang
mengharamkannya. Jika bertemu adanya nash atau dalil-dalil lain yang
mengharamkannya, misalnya ada dalil yang melarang mengucap dzikir dengan lisan
di dalam wc, maka ia haram mengucapkannya selama berada di dalamnya. Selain
itu, selama ada dalil umum yang memayungi keharusan ibadah sunat tersebut, dan
tiada pula dalil pengharaman bentuk dan cara perlaksanaannya, maka ianya
dibenarkan mengamalkannya.
Selain itu, untuk mencapai
keabsahan dalam pelaksanaan ibadah umum, dalam arti untuk memperoleh pahala
dari pelaksanaannya harus memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Amalan
yang dikerjakan itu di akui oleh syarak dan sesuai dengan Islam.
2. Amalan
tersebut tidak bertentangan dengan syariat, tidak zalim, khianat dan sebagainya
3. Amalan
tersebut dikerjakan dengan niat ikhlas semata-mata keranaAllah swt. tidak ria,
ujub dan um’ah.
4. Amalan
itu hendaklah dikerjakan dengan sebaik-baiknya
5. Ketika
mengerjakan amalan tersebut tidak lalai atau mengabaikan kewajiban ibadah
khusus seperti shalat dan sebagainya.
Firman
Allah:
“Laki-laki
yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari
mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat.
mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi
goncang”. (Q.S. An-Nur: 37)
Dilihat dari syarat-syarat di atas,
nampaklah kepada kita bahwa sesuatu amalan yang dikerjakan oleh seseorang
begitu sukar sekali untuk mencapai kesempurnaan dalam makna ibadah dengan artikata
yang sebenar-benarnya mengikut syarat-syarat dan ketentuan tersebut di atas,
oleh itu kita hendaklah bersungguh-sungguh dalam mengusahakan amalan kita
supaya dapat mencapai matlamat ibadah yang sempurna dengan menyempurnakan
segala syarat-syaratnya, dan kita hendaklah sentiasa meneliti dan memperhatikan
dengan sungguh-sungguh agar kita tidak tertipu dengan amalan kita sendiri;
dengan menyangka kita telah banyak melaksanakan amal ibadah dengan sempurna
tetapi pada hakikatnya tidak demikian, kita takut akan tergolong ke dalam
golongan manusia yang tertipu dan sia-sia amalan kita dan apa yang kita dapat
hanyalah penat dan lelah.
makasih infonya !!
BalasHapusbergna skali baik di dnia maupun d akherat!
i like this!!
:D