Laman

Jumat, 16 Maret 2012

Hikmah Ibadah


Pada  dasarnya  ibadah  membawa  seseorang  untuk  memenuhi  perintah Allah,  bersyukur  atas  nikmat  yang  diberikan  Allah  dan  melaksanakan  hak sesama manusia. Oleh karena  itu,  tidak mesti  ibadah  itu memberikan hasil dan manfaat kepada manusia yang bersifat material,  tidak pula merupakan hal yang mudah  mengetahui  hikmah  ibadah  melalui  kemampuan  akal  yang  terbatas.
Ibadah  merupakan  pengujian  terhadap  manusia  dalam menyembah  Allah.  Ini berarti  ia  tidak  harus  mengetahui  rahasianya  secara  terperinci. Seandainyam ibadah  itu harus sesuai dengan kemampuan akal dan harus mengetahui hikmah atau  rahasianya  secara  terperinci,  tentu orang yang  lemah kemampuan akalnya untuk  mengetahui  hikmah  tersebut  tidak  akan  melaksanakan  atau  bahkan menjauhi  ibadah.  Mereka  akan  menyembah  akal  dan  nafsunya,  tidak  akan menyembah Tuhan.
Mengenai hikmah melaksanakan ibadah ini, al-Ghazali mengungkapkan bahwa  ibadah bertujuan untuk menyembuhkan hati manusia, sebagaimana obat untuk  menyembuhkan  badan  yang  sakit.  Sebagai  contoh  ibadah  dapat menyembuhkan  hati  manusia,  misalnya  seseorang  yang  sedang  resah  dan gelisah,  keresahan  dan  kegelisahannya  dapat  disembuhkan  dengan  shalat. Begitu juga orang yang mempunyai penyakit tamak atau rakus dalam hal makan dan minum, penyakit  tersebut dapat dikurangi bahkan dapat disembuhkan bila orang tersebut rajin berpuasa.
Ibadah juga dapat menyembuhkan badan yang sakit, misalnya saja orang yang mempunyai penyakit reumatik atau pegal-pegal pada persendian tubuhnya, hal  itu  insya  Allah  dapat  disembuhkan  apabila  orang  tersebut  rajin melaksanakan  shalat,  karena  gerakan-gerakan  yang  dilakukan  dalam  shalat menyerupai gerakan olah  raga yang dapat menyehatkan dan melenturkan sendi pada  tubuh manusia.
Begitu  juga orang yang mempunyai penyakit maag,  insya Allah  dapat  dikurangi  bahkan  dapat  disembuhkan  dengan  berpuasa,  karena ketika  seseorang berpuasa  fungsi  lambung  tidak bekerja  terlalu keras  sehingga bisa  beristirahat  dan  ketika  berbuka  disunnahkan  untuk  memakan  makanan yang  manis  dan  lembut  agar  fungsi  lambung  tidak  langsung  bekerja  dengan berat, tetapi bertahap.
Manusia  tidak  semuanya  dapat  mengetahui  keistimewaan  dan  rahasia obat  tersebut,  yang  mengetahui  hanyalah  para  dokter  atau  orang  yang mempunyai spesialisasi  tentang obat  tersebut. Pasien hanya mengikuti perintah dokter dalam menggunakan obat yang cocok sesuai dengan dosisnya. Dia tidak akan  membantah  terhadap  apa  yang  ditentukan  oleh  dokter  tersebut.  Oleh karena  itu, menurut  al-Ghazali,  "ibadah wajib dilaksanakan  sebagaimana yang telah  dicontohkan  oleh  para  Nabi,  karena  mereka  dapat  mengetahui rahasia-rahasianya berdasarkan inspirasi kenabian, bukan dengan kemampuan akal".
Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya. Karenanyalah Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan menurunkan Kitab-Kitab suci-Nya.
          Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka” (Al-Mu’min: 60).
          Ibadah di dalam Islam tidak disyari’atkan untuk mempersempit atau mempersulit penganutnya, dan tidak pula untuk menjatuhkan mereka di dalam kesulitan. Akan tetapi ibadah itu disyari’atkan untuk berbagai hikmah yang agung, kemashlahatan besar yang tidak dapat dihitung jumlahnya. Pelaksanaan ibadah dalam Islam semua adalah mudah.
          Di antara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah mensucikan jiwa dan membersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju kesempurnaan manusiawi. Termasuk keutamaan ibadah juga bahwasanya manusia sangat membutuhkan ibadah melebihi segala-galanya, bahkan sangat darurat membutuhkannya. Karena manusia secara tabi’at adalah lemah, fakir (butuh) kepada Allah. Sebagaimana halnya jasad membutuhkan makanan dan minuman, demikian pula hati dan ruh memerlukan ibadah dan menghadap kepada Allah.m Bahkan kebutuhan ruh manusia kepada ibadah itu lebih besar daripada kebutuhan jasadnya kepada makanan dan minuman, karena sesungguhnya esensi dan subtansi hamba itu adalah hati dan ruhnya, keduanya tidak akan baik kecuali dengan menghadap (bertawajjuh) kepada Allah dengan beribadah. Maka jiwa tidak akan pernah merasakan kedamaian dan ketenteraman kecuali dengan dzikir dan beribadah kepada Allah. Sekalipun seseorang merasakan kelezatan atau kebahagiaan selain dari Allah, maka kelezatan dan kebahagiaan tersebut adalah semu, tidak akan lama, bahkan apa yang ia rasakan itu sama sekali tidak ada kelezatan dan kebahagiaannya.
          Adapun bahagia karena Allah dan perasaan takut kepada-Nya, maka itulah kebahagiaan yang tidak akan terhenti dan tidak hilang, dan itulah kesempurnaan dan keindahan serta kebahagiaan yang hakiki. Maka, barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan abadi hendaklah ia menekuni ibadah kepada Allah semata. Maka dari itu, hanya orang-orang ahli ibadah sejatilah yang merupakan manusia paling bahagia dan paling lapang dadanya.
          Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta menjadikan seseorang merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan kecuali ibadah kepada Allah semata. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata bahwa idak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan dan kebaikan hati melainkan bila ia meyakini Allah sebagai Rabb, Pencipta Yang Maha Esa dan ia beribadah hanya kepada Allah saja, sebagai puncak tujuannya dan yang paling dicintainya daripada yang lain.
          Termasuk keutamaan ibadah juga bahwasanya ibadah dapat meringankan seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan kemunkaran. Ibadah dapat menghibur seseorang ketika dilanda musibah dan meringankan beban penderitaan saat susah dan mengalami rasa sakit, semua itu ia terima dengan lapang dada dan jiwa yang tenang.
          Termasuk juga dalam keutamaannya ibadah, bahwasanya seorang hamba dengan ibadahnya kepada Rabb-nya dapat membebaskan dirinya dari belenggu penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap dan rasa cemas kepada mereka. Maka dari itu, ia merasa percaya diri dan berjiwa besar karena ia berharap dan takut hanya kepada Allah saja.
          Keutamaan ibadah yang paling besar bahwasanya ibadah merupakan sebab utama untuk meraih keridhaan Allah yang merupakan jalan masuk Surga dan selamat dari siksa Neraka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar